Rabu, 16 November 2011

Ayah, Mengapa Aku Berbeda :bab 1

Kisah ini terdapat dalam novel "Ayah, Mengapa Aku Berbeda" telah terbit, dapat dibeli di toko buku kesayangan anda. Novel ini juga diangkat ke layar lebar, premiernya akan dilaksanakan tanggal 17 November 2011.

Kelahiranku

Saat aku terlahir di dunia ini, ayahku pernah bercerita bahwa ia mendengar suara tangisku yang menjerit begitu keras. Dokter dan suster yang ikut membantu proses kelahiranku pun begitu bingung karena aku tidak berhenti menangis meski mereka sudah menimang dan menghiburku dengan berbagai cara. Awalnya, aku tidak mengerti mengapa aku terus menangis dan tidak bisa dihentikan oleh siapapun. Suster yang bingung kemudian menyarankan dokter untuk meminta Ayah yang sedang berada di ruang tunggu untuk melihatku.

Dengan terburu-buru, Ayah memasuki ruangan inkubator dan ia menyentuh jari pertamanya pada wajahku yang lahir prematur. Ia menitikkan air mata melihatku dan aku pun secara ajaib berhenti menangis. Ayah mengangkat tubuh mungilku yang hanya seberat beberapa gram saja. Ia melihatku berhenti menangis. Suster-suster heran ketika suara tangisku akhirnya berubah bersuka cita. Ayah menimang tubuhku dengan lembut sambil berkata,

“Mulai saat ini hanya kamulah yang paling berharga dalam hidup Ayah…” begitu kalimat pertamanya padaku.

Ya. Aku adalah anak yang paling berharga baginya. Kelahiranku adalah dua sisi yang cukup membuat Ayah begitu tertekan antara bahagia dan duka.

Duka itu dimulai saat Ibu mengalami pendarahan hebat dan Ayah berada dalam kondisi yang sulit ketika Dokter memberikannya dua pilihan: Pertama, aku yang pergi dari dunia ini atau Ibu yang harus merelakan nyawanya.

baca selengkapnya di http://agnesdavonar.gerychocolatos.com/?p=2977

Ayah, Mengapa Aku Berbeda :bab 1

Kisah ini terdapat dalam novel "Ayah, Mengapa Aku Berbeda" telah terbit, dapat dibeli di toko buku kesayangan anda. Novel ini juga diangkat ke layar lebar, premiernya akan dilaksanakan tanggal 17 November 2011.

Kelahiranku

Saat aku terlahir di dunia ini, ayahku pernah bercerita bahwa ia mendengar suara tangisku yang menjerit begitu keras. Dokter dan suster yang ikut membantu proses kelahiranku pun begitu bingung karena aku tidak berhenti menangis meski mereka sudah menimang dan menghiburku dengan berbagai cara. Awalnya, aku tidak mengerti mengapa aku terus menangis dan tidak bisa dihentikan oleh siapapun. Suster yang bingung kemudian menyarankan dokter untuk meminta Ayah yang sedang berada di ruang tunggu untuk melihatku.

Dengan terburu-buru, Ayah memasuki ruangan inkubator dan ia menyentuh jari pertamanya pada wajahku yang lahir prematur. Ia menitikkan air mata melihatku dan aku pun secara ajaib berhenti menangis. Ayah mengangkat tubuh mungilku yang hanya seberat beberapa gram saja. Ia melihatku berhenti menangis. Suster-suster heran ketika suara tangisku akhirnya berubah bersuka cita. Ayah menimang tubuhku dengan lembut sambil berkata,

“Mulai saat ini hanya kamulah yang paling berharga dalam hidup Ayah…” begitu kalimat pertamanya padaku.

Ya. Aku adalah anak yang paling berharga baginya. Kelahiranku adalah dua sisi yang cukup membuat Ayah begitu tertekan antara bahagia dan duka.

Duka itu dimulai saat Ibu mengalami pendarahan hebat dan Ayah berada dalam kondisi yang sulit ketika Dokter memberikannya dua pilihan: Pertama, aku yang pergi dari dunia ini atau Ibu yang harus merelakan nyawanya.

baca selengkapnya di http://agnesdavonar.gerychocolatos.com/?p=2977

[ Read More.. ]